Sedekah Berpahala 1 Milyar

Investor & Sedekah Berpahala 1 Milyar
.
.
.
Saya ada ide buat nulis tapi bingung sistematika penyampaiannya mau bagaimana. Mau nulis judul juga bingung. Mau nulis secara runut juga bingung. Kalau nulis diawali pengantar, khawatir bertele-tele. Kalau langsung inti, khawatir pembaca kaget. Jadilah saya nulis dari yang mudah, versi saya. Saya menulis secara acak, tidak peduli kronologis dan sistematika. Pokoknya meloncat-loncat aja  ya? Hehe. Pengantar ini pun saya tulis ketika tulisan bagian tengah sudah lumayan "jadi".

Saya termasuk orang yang menghindari pinjam bank untuk mengembangkan usaha. Ada trauma. Orang tua yang pernah terlilit utang bank dan rentenir yang membuat kami sulit bernafas. Seakan tiap hari kerja keras, peras keringat siang malam, tapi hasilnya hanya bisa buat mengangsur utang beserta bunga yang mencekik leher.

Seiring berjalannya waktu, usaha saya jualan buku online terus berkembang. Masih  konsisten dengan tidak pinjam bank, atawa pinjam ke teman/saudara. Pernah ada teman mau ngasih modal, tapi saya tolak secara sangat tersirat karena saya khawatir tidak bisa mengembalikan modal. Saat itu, jualan dengan modal dikit dengan tenaga seorang diri, dengan alat ala kadarnya, dengan kendaraan sepeda onthel: tetap saya jalani dengan riang gembira, optimis. Berhari-hari, berminggu-minggu, dan berbilang purnama. Biasa saja, enjoy.

Saat pulang belanja sambil nggowes dengan tas berisi segunung buku di punggung, kadang saya berkhayal-khayal, merumuskan dan mengembangkan ide, kadang merangkai kata-kata untuk jadi cerita atau puisi, kadang membayangkan senyum kekasih (yang tak bisa dimiliki), senyum yang sangat khas dan membekas. Kadang terkantuk-kantuk di atas sepeda--untung tidak tabrakan dengan kendaraan lain. Masih di atas sepeda onthel, kadang ngebut karena harus berpacu dengan waktu dan diburu oleh antrian kegiatan-kegiatan di depan. Ketika ngebut, kadang menerabas, memotong jalan, mendahului aturan lampu merah. Saat ngebut, kerap saya berzikir dan bersholawat untuk keselamatan dunia dan akhirat.

Perlahan tapi pasti. Dari yang semula sepeda onthel dan HP butut, lantas bisa beli motor bekas dan HP android baru yang agak mendingan. Kemudian bisa rekrut karyawan dan tambah reseller. Ketika jualan buku terlihat stabil dan cenderung produktif, mulai ada sedikit pikiran pinjam KUR ke bank, tapi gak jadi. Kemudian ada teman yang jadi investor saya. Beliau ngasih modal 10 juta. Satu tahun berjalan, sukses. Tahun kedua beliau mau kerja sama lagi. Ngasih modal 20 juta. Beliau bisa saja ngasih lebih dari 20 juta, namun saya bilang maksimal 20 juta saja.

Saya tidak menghasut beliau untuk investasi di saya. Tapi beliau percaya kepada saya. Jadi saya menerima dengan senang hati dan siap bekerja sama dengan baik. Dengan adanya suntikan dana ini, saya punya kesempatan untuk memborong dan nyetok buku-buku best seller dan berdampak pada peningkatan penjualan tim Rindu Buku.

Kenapa ya investor bisa percaya pada kita?

Maybe karena...
.
.
1. Kita punya usaha yang sangat prospektif dan sudah teruji
2. Kita bekerja keras, cerdas, totalitas dan ikhlas
3. Kita bisa dipercaya dan bertanggung jawab
4. Usaha yang kita punya tujuannya baik, dan memang ikut andil di bidang sosial, pendidikan, dan lain-lain.
***

Sedekah itu tidak berarti mengurangi keuntungan bisnis kita atawa mengurangi gaji kita. Misal kita untung 10.000, lalu kita sedekah 2.000 itu bukan berarti keuntungan kita berkurang jadi 8.000. Tetapi kita sedang investasi 2.000 yang bisa balik ke kita 10 kali lipat atau lebih. Investasi dengan Allah balasannya lebih besar dari investasi dengan manusia. Sedekah pasti ada balasannya yang lebih berlipat-lipat, hanya terkadang kita tak menyadarinya. Sering pula pahala sedekah tidak serta merta langsung balik ke kita, detik itu juga, atau hari itu juga atau minggu itu juga. Sabar gaes... Kalau semua pahala sedekah langsung balik serta merta maka di dunia ini tidak ada ketulusan. Nanti orang-orang akan berlomba-lomba sedekah dengan motif cari untung materi yang lebih banyak.

Saya punya cerita nyata dan menggemparkan. Simak ya???
.
.
.
Sewaktu ada musibah gempa bumi di Palu dan Donggala. Teman saya sedekah uang, pikiran, waktu dan tenaga untuk penggalangan dana. Dia kerahkan teman-teman dan komunitas yang dibinanya untuk mensukseskan misi kemanusiaan ini. Dia melakukan penggalangan dana secara online dan offline (turun ke jalan). Dana yang terkumpul cukup fantastis.

Pada saatnya tiba, dia datang ke kosku. Dia mengajak saya ke Jakarta untuk penyaluran dana kemanusiaan itu via TNI yang mau terbang menuju Palu. Saya bilang tidak bisa ikut karena masih ada tanggung jawab di Jogja. Dia bilang tiket kereta pulang pergi Jogja Jakarta dikeluarkan dari duit pribadi. Aku menimpalinya, "Men, kamu kan sudah berkorban waktu dan tenaga buat kemanusiaan. Jadi wajar kalau tiket jalan dianggarkan dari duit penggalangan. Donatur pasti merustuinya." Biasanya lembaga yang menyalurkan bantuan kemanusiaan memang mengambil sekitar 10% untuk operasional. Namun temanku ini sangat luar biasa jiwa sosialnya.

Sesampainya di Jakarta teman saya ketemu dengan teman komunitasnya yang kebetulan seorang pengusaha sukses dan sudah punya banyak perusahaan. Mereka ngobrol dan kemudian terjadi kesepakatan pemberian investasi 1 milyar kepada temanku untuk bangun perusahaan di Jogja. Tolong jangan tanya nama teman saya siapa dan kerjaannya apa ya (saya dilarang olehnya ngasih tahu)... Ambil saja kisahnya buat inspirasi kita semua untuk semangat dalam berbuat kebaikan.

Dari cerita di atas, saya mendapat poin "ternyata sedekahnya dia dibalas dengan 1 milyar." Benar-benar pahala sedekah itu nyata dan fantastis. Saya menyaksikan dengan mata kepala saya sendiri. Dia juga dibelikan laptop baru untuk menyusun bisnis plan nya. Dia sudah punya laptop sebenarnya, namun kata investor disuruh pakai juga laptop khusus bisnis agar utusan kerja sama bisnis dan urusan pribadi tidak nyampur.

Suatu malam, saya diajaknya jadi teman dengar cerita dan ide-idenya di warung kopi daerah Sorowajan. Dia lembur dari jam 9 malam sampai jam 02.30 menggarap rancangan proyek bisnisnya. Luar biasa.

Ada lagi pertanyaan dari saya tentang cerita ini. Kenapa itu investor berani ngasih modal segitu besarnya, ibarat kata teman saya pun baru pertama kali diajak ngobrol. Itulah intuisi seorang penguasa.... Si investor menerawang kalau teman saya ini punya kemampuan dan bisa dipercaya. Dia sudah ada pengalaman mengorganisir komunitasnya yang cukup eksis dan menghasilkan karya-karya gemilang. Temanku juga bilang, si investor ini orangnya cerdas, tangkas, disiplin dan gesit. Temenku pun dapat banyak masukan berharga dari si investor ini.

Salam sukses!

-Amin Sahri

Jogja, 27 Desember 2018

Komentar